Menu Atas

OZ Themes
Friday, March 5, 2021, March 05, 2021 WIB
Last Updated 2021-03-16T02:55:57Z

Kebangkitan Islam pada Sistem Politik di Indonesia (Studi Analisis Dampak Gerakan 212)

Penulis: Burhanuddin Rabbani, penulis merupakan kader HMI Komisariat Syariah dan Hukum Cabang Gowa Raya.

Lapmijuang - Jurnal ini berjudul Kebangkitan Islam pada Sistem Politik di Indonesia (Studi Analisis Dampak Gerakan 212) dengan membahas tentang eksistensi gerakan 212, dampak gerakan 212 terhadap kebangkitan Islam dan dampak gerakan 212 terhadap sistem politik di Indonesia. 

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial politik. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kepustakaan. Data yang di kumpulkan dengan menggunakan cara menyadur, menganalisis dan mengutip dengan menggunakan analisis isi terhadap literatur yang representatif. Hasil dari penelitian ini adalah Pertama Eksistensi Gerakan 212 adalah sebagai upaya dan bentuk komunikasi politik umat Islam dan upaya pemberhantian tindakan otoriterianisme di tubuh rezim. 

Kedua Dampak dari gerakan 212 terhadap kebangkitan Islam adalah terbantuknya dua organisasi Islam (GNPF-Ulama, PA 212)dan ekonomi kereatif umat Islam  pasca gerakan 212 (terbentuknya Koperasi Syariah dan 212 mart).  Selanjutnya yang ke Tiga Dampak gerakan 212 terhadap sistem politik di Indonesia adalah Terpilihnya Anis Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2021, dan terpilihnya Ulama senior Ma�ruf Amin sebagai Wakil Presiden Joko Widodo pada periode 2019-2024.

Implikasi dari penelitian ini adalah Pertama Agar pembahasan mengenai sistem politik di Indonesia harus di tinjau kembali berdasarkan standar demokrasi Pancasila. Ke Dua Membangun kesadaran kolektif kepada masyarakat dan pemerintahan tentang demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, haruslah menjadi acuan penting dalam kehidupan masyarakat maupun bernegara untuk menjalankan arah dan laju sistem politik Indonesia.

I. Pendahuluan

Sejak rezim Orde Baru, Indonesia oleh Soeharto dijadikan sebuah Negara yang kuat dengan prinsip sentralisasi kekuasaan, agar tujuan ini tercapai dengan mengunakan mekanisme �stick and carrot�. Rezim Orde Baru akan memberikan �rewards�yang sebaik-baiknya dalam bentuk penyediaan kebutuhan dasar, kedudukan dan jabatan kepada individu, lembaga maupun kelompok yang secara jelas menunjukan loyalitasnya.

Sebaliknya �stick� dipakai untuk menyerang pusat-pusat kekuasaan lain yang menyingkirkan lawan-lawan politik yang menjadi saingannya dalam mengakumulasi kekuasaan. Hal ini dilakukan secara sistematis melalui perangkat ideologi, kelembagaan maupun pribadi.

Perjalanan politik tersebut ternyata berhasil dilakukan oleh Soeharto selama 32 tahun berkuasa di Negara Pancasila. Negara ini dibangun separti pramida, di puncak pramida tersebut terdapat Soeharto dan di kaki pramida terdapat partai politik, meliter dan birokrasi Negara lainya. Semua pusat kepemerintahan dibawah kontrol presiden dan disisi lain tidak ada yang bias menyaingi kekuatan politik secara relevan dan memadai. Gaya kepemimpinan tersebut ialah selalu mempersoalkan kekuasaan dan tentunya bersifat otoriter.

Pasca Reformasi peran civil Islam dengan merujuk pada dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhamadiyah dan NU memberikan gambaran yang optimis tentang para muslim dalam demokrasi Indonesia. Kedua organisasi ini aktif mendorong demokratisasi melalui sistem pemilu yang demokratis, penegakan hukum, fatwa anti korupsi mendorong good governance sarta aktif dalam membangun kehidupan sosial kemasyarakatan melalui pendirian fasilitas pendidikan, kesehatan dan sosial.Kesemuanya berkontribusi dalam menciptakan kehidupan demokrasi yang lebih baik (civil).

Kontribusi dua organisasi besar tersebut pun selalu memberikan warna warni dalamperpolitikanbangsa Indonesia.Sekalipun sering digerogoti oleh kelakuan politisi salah tingkah dalam berbagai periode sejarah pasca Reformasi, Indonesia masih bertahan dengan segala keberuntungan dan malahpataka di dalamnya.Tantangan bangsa Indonesia dalam kacamata perpolitikan ini adalah bagaimana hadirnya gerakan-gerakan sosial yang kemudian mengatasnamakan golongan dan identitas tertentu.

Indonesia adalah Negara tentram dan damai. Ketentraman dan kedamaian itu kembali terusik ketika ada muatan keagamaan dalam nerasi-nerasi gerakan sosial politik belakangan ini. Fenomena langka yang terjadi, yaitu sebagian umat Islam Indonesia menjelang akhir tahun 2016 adalah kemunculan serangkaian �Aksi  Bela Islam� yang berhasil memobilisasi amat banyak masyarakat muslim di Jakarta yang tempat mengejutkan banyak pengamat.

Keterkejutan banyak orang atas aksi-aksi tersebut dengan latar belakang anggapan bahwa Islam Indonesia, seperti yang kerap diklaimkan, adalah model Islam yang toleran, damai dan lebih jauh, mendukung cita-cita demokrasi. Mengapa gerakan ini seperti bak bola salju yang semakin membesar dan mendapat simpati secara luas dari masyarakat atau apakah serangkaian �Aksi Bela Islam� (1, 2, 3) tersebut atau sebuah isyarat atas gambaran tentang umat muslim Indonesia yang telah berubah.

Aksi Bela Islam atau kerap disapah dengan gerakan 212 adalah serangkaian aksi bela Islam yang dilakukan pada tanggal 2 desember 2016, tiga tahun silam. Aksi ini merupakan tuntutan masyarakat muslim Indonesia  atas penghinaan atau penistaan ayat al-Qur�an yaitu surat al-Ma�idah/51 yang disampaikan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau sering dikenal dengan nama Ahok. Saat itu Ahok menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta melakukan kempanye di Pulau Seribu pada tanggal 27 September 2016. Pidato Ahok tersebut di rekam oleh Buni Yani dan kemudian mengunggahnya ke akun media sosialnya yaitu Facebook. Dalam sekejap video tersebut menjadi perhatian pablik dan menimbulkan plemik baru di Indonesia.

Begitu banyak masyarakat yang merasa di kecewakan dan bahkan marah terhadap pidato yang di sampaikan oleh Ahok tersebut, sehingga terjadi aksi 212 ini.Kegiatan ini dilakukan berpusat di Monumen Nasional (Monas). Banyak masyarakat yang menghadirinya, sekitar 7 juta lebih. Mereka menilai Ahok tidak pantas memimpin Jakarta dan mareka menilai Ahok telah menistakan Agama Islam. 

Mareka (Para Aksi) menuntut agar Ahok di penjara, bukan hanya sekedar dicekal bepergian keluar negeri.Tuntutan yang mareka ajukan akhirnya membuakan hasil, hingga akhirnya pada 9 Mei 2017 Ahok di vonis 2 tahun penjara oleh Mejelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Setelah menerima vonis tersebut Ahok kemudian mengajukan surat pengunduran diri sebagai Gubernur DKI Jakarta, surat tersebut langsung ditujukan Kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
Konsolidasi di tingkat Negara harus dilakukan, namun pada saat yang sama, terdapat konsolidasi internal di kalangan umat Islam. 

Fenomena ini dapat dibaca dari gerakan politik Islam dengan berbagai isu aktual.penegakan syariat, Negara Islam, khilafah Islamiyah, masyarakat madani dan gerakan-gerakan pelegal-formalan Islam dalam kehidupan politik. Dari sudut pandang politik, Aksi Bela Islam atau gerakan 212 yang terjadi jelas bukan aksi demonstrasi biasa.Kehadiranya lebih dari gerakan sosial (social movement) yang syarat dengan muatan ideologis, yang kemudian memantik diskursus ihwal bangkitnya gerakan Islam politik di Indonesia.

Pada dasarnya sebagian besar analisis dan perbincangan mengenai kebangkitan islam pada era modern ini muncul didorong serta didukung seiring dengan meletusnya pristiwa yang terjadi di Iran, yaitu keberhasilan revolusi Iran pada tahun 1979 dibawah pimpinan Ayatullah Khomeini dalam menggulingkan Rezim Syah Iran. Keberhasilan revolusi Iran ini berhasil membawa perubahan sangat signifikan dalam bidan politik, yaitu dengan menghasilkan perubahan sistem monarki menjadi Republik Islam yang berdasarkan pada konsep vilayat-e-faqih (perwalian oleh pemimpin agama tertinggi) yang berakar pada teori Syi�ah tentang legitimasi politik dan konsep imamat.

Dewasa ini, tanda-tanda kebangkitan Islam dapat dilihat dari beberapa gerakan-gerakan, baik itu gerakan sosial maupun politik yang pada dasarnya merupakan gerakan yang mengatasnamakan identitas agama tertentu atau entitas-entitas tertentu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Runutan dari penjelasan terkait alas pikir kebangkitan Islam tersebut maka, bisa diartikan bahwa Gerakan 212 adalah serangkaian gerakan kebangkitan Islam pada sistem politik Indonesia.
Berdasarkan dari penjelasan terkait Gerakan 212 tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul �Kebangkitan Islam pada Sistem Politik di Indonesia (Studi Analisis Dampak Gerakan 212)�

II. Model Penelitian

Penelitian ini secara kongkrit termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research), dan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian yang ada dipustaka.

Penelitian ini fokus pada pengkajian tentang kebangkitan Islam pada sistem politik di Indonesia (studi analisis dampak gerakan 212). Sumber data dalam penelitian ini merupakan subjek dari mana data dapat di peroleh.Sumber data dalam penelitian library research ini dapat dibagi atas dua begian, yakni terdiri atas buku utama atau sumber data primer dan buku penunjang atau sumber data sekunder.

Pendekatan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pendekatan sosial politik.Artinya pendekatan dengan mengunakan kebangkitan Islam pada sistem politik di Indonesia. Metode yang digunakan pengumpulan data adalah analisis. Artinya metode pengumpulan data yang mengkaji buku-buku dan jurnal tentang dampak gerakan 212, menghimpun dan menganalisis terkait kebangkitan Islam pada sistem politik di Indonesia (studi analisis dampak gerakan 212).

III. Hasil Penelitian

a. Eksistensi Gerakan 212
Tepatnya pada tanggal 2 Desember 2016 ada sebuah momen berharga dan langkah yang terjadi di sejarah panjang peradaban umat manusia. Indonesia kini menyumbangkan karya demokratisasi terbaiknya memalui fenomena sosial kemasyarakatnya pada matabangsa dunia terkait dengan Gerakan 212 yang dilakukan sekolompok umat Islam Indonesia. 

Momen tersebut kemudian dicatat dalam sejarah Indonesia sebagai Gerakan 212, Gerakan 212 juga mendapat perhatian dunia, ini patut diapresiasi dan dikenang sebagai catatan sejarah ketika jutaan orang keluar dari rumah mareka, baik dengan berjalan kaki, berkendaraan maupun naik pesawat, menuju lapangan Monas Jakarta. 

Setelah reformasi 1998, baru kali ini ada kumpulan massa jumlahnya begitu banyak dan berlangsung damai. Sebagai gerakan umat Islam Indonesia yang komplit dan masif maka sudah menjadi barang tentu bahwa gerakan 212 adalah bukan hanya gerakan demonstrasi biasa tapi gerakan yang penuh dengan orentasi-orentasi baik orentasi komunikasi politik maupun konstruk dan upaya penumbangan rezim yang semakin hari semakin terasa skularisasi. Adapun beberapa orentasi dalam gerakan 212 ini di antaranya sebagai berikut.

b. Komunikasi Politik
Gerakan 212 adalah gerakan politis umat islam. Gerakan ini dimaknai sebagai komunikasi politik umat Islam dalam merespon dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang retak akhir-akhir ini.Indikasi diskriminasi terhadap umat Islam semakin kentara. Kemejemukan yang sudah dipupuk  kelihatan gersang oleh sahwat politik dan kepentingan golongan tertentu. Umat Islam ingin mengkomunikasikan kepada pemerintah bahwa umat Islam ingin meminta keadilan baik secara penegak hukum maupun bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Upaya Pemberhantian Tindakan Otoriterianisme di Tubuh Rezim
Selain orentasi komunikasi politik, disisi lain ada upaya umat muslim Indonesia dalam Gerakan 212 adalah untuk memberhantikan tindakan pemerintah atau rezim yang semakin hari terlihat semakin otoriterianisme dan tentunya tidak sesuai dengan tito perjuangan demokrasi dan sistem politik yang ada di Indonesia. 

Tindakan rezim yang setiap harisemakin terasa skuler dan akan memerjinalkan kehidupan umat beragama dalam berkehidupan bermasyarakat.
Demokrasi pasca Orde Baru seharusnya memberikan gambaran tentang masa depan bangsa Indonesia lebih baik terkhususnya masyarakat muslim Indonesia untuk mengisi kehidupan bernegara yang sudah lama di pupuk dalam bingkaian kebinekaan yang ragam.

Gerakan 212 adalah momen berharga bagi umat Islam Indonesia untuk mengkonfirmasi tindakan rezim yang semakin hari semakin terasa skulerisasi, otoriterianisme dan jauh dari cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam butir-butir Pancasila.

c. Dampak Gerakan 212 Terhadap Kebangkitan Islam
Kebangkitan Islam merupakan suatu gerakan sosial umat Islam atau kesadaran kolektif umat Islam untuk mempertahankan nilai-nilai keislaman di tengah-tengah kehidupan masyarakat.Arus globalisasi dan transmisi modernisasi menjadi acuan terbesar dan terpenting umat Islam untuk mempertahankan ajaran-ajaran keislamannya.Mision bangsa Barat adalah skulerisasi atas kehidupan sosial dan ekonomi menjadi pemicu penting lahirnya kebangkitan Islam.

Gerakan 212 adalah upaya umat Islam Indonesia menuntut dan upaya untuk memberhentikan Ahok dari kursi jabatan pemerintahan, disampin itu juga Gerakan 212 adalah upaya kesadaran kolektif umat Islam Indonesia untuk mempertahankan ajaran atas nilai-nilai keislaman di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Perjuangan umat Islam pada gerakan 212 jelas terlihat bahwa umat Islam ternyata masih mempunyai kekuatan terbesar dan sebagai masyarakat mayoritas di Negara Kesatuan Republik Indenesia.

Kekuatan politik global sampai pada politik nasional (dalam negeri), umat Islam hadir untuk mengkonfirmasi dirinya sebagai salah satu kekuatan dalam menghadapi gejolak politik.kekuasaan. Umat Islam Indonesia dalam gerakan 212 jelas memberikan lampu merah sebagai tanda bahwa umat Islam masih mempunyai kekuatan baik dari segih kepemerintahan maupun konstitusi untuk mengisi proses perjalanan bangsa Indonesia.

Hubungan atau korelasi kebangkitan Islam dan gerakan 212 sangat jelas kelihatan bahwa, gerakan 212 merupakan suatu upaya kemajuan, kesetaraan dan perimbangan umat Islam terhadap dominasi paham skulerisasi di tubuh pemerintahan.

Politik identitas menjadi diskursus besar dalam dinamika perpolitikan di Indonesia. Hal ini di tandai dengan peristiwa aksi gerakan 212  yang terbukti mampu mengumpulkan ratusan ribu massa dalam satu acara. Aksi gerakan 212 ini menjadi begian dari social movment yang diklaim memperjuangkan kepentingan dari sebegian umat Islam di Indonesia, khususnya yang merasah sakit hati atas ucapan Basuki Tjahya Purnama (Ahok) Karena menyinggung QS al-Maidah/5:51 kala itu.
 
Pada tahun-tahun berikutnya, aksi ini menjadi agenda rutin yang memperingati di setiap bulan Desember, untuk mengenang kesuksesan agenda gerakan 212 sebelumnya sebanyak enam jilid  berturut-turut  pada tahun 2016 sampai 2017 silam. Kini aksi massa kembali digelar dengan tajuk Rehuni 212 yang juga di pusatkan di Monumen Nasional (Monas). Penamaan aksi reuni 212 merujukpada aksi puncak yang di hadiri ratusan ribu orang bahakan beberapa versi menyebutkan jutaan sebagai kelanjutan perjuangan aspirasi massa gerakan 212 awal bulan Desember 2016 lalu.

Seperti yang di jelaskan Bab II  begian inisiator dan lokomotif gerakan 212 pada skripsi ini bahwa, aksi gerakan 212 ini awalnya di motori oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dengan sokongan beberapa Ormas Islam baik dari FPI (Front Pembela Islam), FUI (Forum Umat Islam),eks HTI dan organisasi lainya.

Pembentukan GNPF-MUI sendiridi rujukpada fatwa MUI bahwa tindakan Ahok mengutip QS al-Maidah/5:51 di sampaikan di kepulauan seribu sebagai bentuk pelecehan. Sebagian pengamat minilai aksiini juga memberikan sumbangsi elektoral pada kemenagan pasangan Anis-Sandi atas Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta. Berbekal keyakinan tersebut, momentum selanjutnya sangat di pelihara, secara perlahan GNPF_MUI bermetamorfosis menjadi beberapa organisasi seperti Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) dan persidium Alumni 212 (PA 212).

Menurut Wakil Sekjen Majalis Intelektual dan Ulama Mudah Indonesia (MIUMI), Fahri Salim bahwa salah satu tanda kebangkitan umat Islam adalah terbentuknya organisasi-organisasi Islam juga sebagai tanda dari kebangkitan Islam. Sebab organisasi Islam dapat berperang langsung dalam kehidupan masyarakat, karena organisasi-organisasi itu lebih dekat dengan masyarakat.

Dampak gerakan 212 terhadap kebangkitan Islam adalah Terbentuknya dua organisasi baru di kalangan umat Islam untuk mengawal kebijakan rezim. Dua organisasi ini  akan memberikan isyarat penting lahirnya kehidupan baru umat Islam di tengah-tengah masyarakat. Artinya, GNPF-Ulama dan PA 212 sebagai anak kandung dari gerakan 212 mampu memberih perubahan baru pada umat Islam dalam kehidupan bernegara. 

Semagat keislaman dan upaya menormalisasi tindakan diskriminasi pemerintahan terhadap umat Islam menjadi gardang terdepan dalam menjalankan roda dua organisasi tersebut.
Pola gerakan yang di bangun tetap sama, yakni dengan memainkan tingkat emosional dari kalangan umat Islam atas nama perjuangan agama, menuntut keadilan dan perubahan. Alat yang digunakan dengan memainkan simbol-simbol agama, bandera kelimat Tauhid, teriakan Takbir, bahakan rangkaian ritual dzikir, istiqhosah, sholawatan menjadi bumbuh yang luar biasa bagi gerakan massa Islam.

Selain itu, menurut Fahmi, kebangkitan peradaban dan umat Islam bisa di tandai dengan semakin banyaknya pengusaha muslim yang muncul. Pengusaha-pengusaha muslim itulah yang bisa menguatkan ekonomi umat Islam. �karena ekonomi merupakan tolak ukur kesejetraan suatu bangsa. Dan ekonomi jugalah yang dapat membangkitkan kesejatraan umat dari keterpurukan. Apa lagi sekarang sistemekonomi Syariah sudah mulai di kenal di dunia Internasional jadi dari situlah kita dapat optimis Islam iniakanbangkit.� Gerakan 212 juga  merambat pada sektor ekonomi seperti pendirian koperasi syariah dan 212 mart.
Dampak dari gerakan 212 terhadap kebangkitan Islam, bisa dapat dilahat dari terbentuknya dua organisasi umat Islam dan terbentuknya ekonomi kereatif umat Islam  pasca gerakan 212 yaitu GNPF-Ulama, PA 212 dan terbentuknya Koperasi Syariah dan 212 mart.

d. Dampak Gerakan 212 Terhadap Sistem Politik di Indonesia
Gerakan 212 bukan aksi unjuk rasa biasa, tetapi melainkan gerakan dominasi yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat.Gerakan 212 juga sangat memiliki dampak.Dampak gerakan 212 juga sangat mempengaruhi sistem politik di Indonesia.

Politik identitas rasisme juga menjadi pemicu penting dalam memobilisasi massa dalam gerakan 212, penggiringan isu terkait bahaya perekonomian di kuasai oleh para pendatang etnis Cina juga bertebaran di media sosial dan di tengah masyarakat termasuk di kaitkan dengan Pilkada DKI. Pada poin ini isu kesenjagan muncul tidak terhindarkan.Secara ekonomi, etnis minoritas memegang porsi yang sangat sagnifikan dari jata ekonomi nasional.Kempanye untuk membaikot produk-produk asing, serta gerakan membangun ekonomi mendiri pasca Gerakan 212 menunjukan, bagaimana keresahan ini demikian kuat dirasakan oleh masyarakat.

Proses dominasi identitas keagamaan akan menjadi sebab lahirlah sendi politik Indonesia baru. Dimana Indonesia di kenal oleh kalangan Negara-negara dunia bahwa Indonesia adalah Negara berlandaskan Pancasila dan tentu kehidupanya makmur antar masyarakat maupun individu. Pluralisme,Nasionalisme dan Agamawan kini menjadi identitas yang mengembalikan marwa keindonesian pada kultur kepancasilaan dengan semboyang bineka tunggal ika. 

Kemenangan Anis Baswedan dan Sendiaga Uno pada kontekstasi Pilkada DKI 2017 akan mengundang para elit politik agar lebih berhati-hati dalam kontekstasi Pemilu serentak 2019. Agama dan rasisme menjadi isu sentral dalam politik 2019.Tak peduli hasil Pilpres 2019, gerakan 212 telah mengubah sistem politik di Indonesia. Tahun lalu Jokowi memilih ulama senior Ma�ruf Amin sebagai calon Wakil Presidennya untuk mencegah kridibilitas keislamannya.

Gerakan 212 juga telah mengubah masyarakat. Sebelum pergolakan itu (pada tahun 2016), 42 persen masyarakat muslim Indonesia percaya bahwa hanya orang muslim yang boleh menjabat dalam jabatan politik. Itu sudah cukup buruk.Tapi tahun lalu angka itu meningkat menjadi lebih dari 54 persen.Semua ini hanyalah menjadi penandaan identitas baru di Indonesia, dalam gelanggang arena sistem politik Indonesia.

Separti aksi Rehuni yang berlangsung tanggal 2 Desember 2018 berhasil mengulang aksi 2 tahun silam dengan di hadiri ratusan ribu massa. Perkiraan massa yang hadir lebih sedikit oleh beberapa pengamat ternyata meleset. Massa yang hadir tumpah ruwah di Monas dan sepanjang jalan Medan Mardeka Barat dan sekitar Patung Kuda. Bila menurut Tim Risert Tirto menggunakan teori Herbert Jacob di perkirakan jumlah pesarta yang berkrumun di Rehuni 212 di perkirakan sebanyak 429.431 orang dalam keadaan padat, dan 772.976 orang dalam kerumunan padat.

Hanya saja misi yang terlihat kali ini tidak lagi memenjarakan �penistaan agama�, tetapi untuk kepentingan yang masih abu-abu. Indikasinya terlihat banyaknya spekulasi muncul terhadap aksi ini, baik sebagai aksi politik yang terselubung dengan kemasan agama, murni ajang silaturahmi antar umat Islam, atau acara dzikir kebangsaan.

Memang terdapat banyak poin yang yang di garis bawahi dalam aksi tersebut seperti elit partai politik yang hadir mayoritas pendukung Prabowo-Sandi, membawa bandera bertulisan Tauhid, di awali rangkaiaan keagamaan, penyebutan kata �ganti presiden�, penggunaan kelimat-kelimat kritik terhadap rezim saat ini (kriminalisasi ulama, hanya membangun infastruktur dan lain-lain), terikan takbir, dan counter statement yang di tujukan kepada aksi ini (redikal, anti Kebinekaan dan anti Pancasila).

Gejala ini bisa jadi sindrom politik identitas yang kuat dari massa atas tidak terwakilnya aspirasi mareka. Meminjam bahasanya Nicola Colberan dari Norwegian Centre For Human Rights, di Indonesia agama punya multi identitas yang diwakilikannya,mulai dari identitas personal, identitas etnis, identitas politik, dan identitas nasional. Artinya, masalah tentang agama cenderung punya pertalihan dengan banyak hal dan membuatnya punya implikasi sosia-politik yang sangat besar. Dampaknya kemudian menjadi letupan-letupan yang kekuatanya berkali-kali lipat karena yang digunakan adalah identitas Islam yang menjadi agama dari 88 persen penduduk Indonesia.

Beberapa indikator yang ada memasukan gerakan 212 sebagai politik identitas berbasis agama adalah pertama, adanya ikatan satu rasa satu sepenanggungan yang membentuk solidaritas gerakan atas nama persama agama. Kedua gerakan yang di bangun atas nama ketidakadilan dan termerjinalkan secara sistem (mustadfal�ufirt) ketiga, gerakan 212 merambat pada sektor ekonomi seperti pendirian koperasi syariah dan 212 mart. Dari ketiga indikator tersebut pada dasarnya merupakan tanda akan adanya ketimpangan akses sumber daya yang memunculkan gerakan Islam populistik.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat memberikan dua wajah baru dalam mengartikan gerakan 212. Wajah pertama, gerakan 212 sebagai mekanisme untuk menggalang kekuatan melawan hegemoni politik atau dominasi kelas sosial. Wajah kedua, gerakan 212 digunakan untuk mempertahankan kepentingan status quo dengan cara memanipulasi identitas politik untuk memperoleh dukungan serta legitimasi kekuasaan.

III. Penutup

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan terkait kebangkitan Islam pada sistem politik studi kasus dampak gerakan 212 tersebut, maka penulis menjabarkan beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut: 1) Eksistensi Gerakan 212 adalah sebagai bentuk komunikasi politik dan upaya pemberhantian tindakan otoriterianisme di tubuh rezim. 2) Korelasi antara gerakan 212 dan kebangkitan Islam adalah suatu upaya kemajuan, kesetaraan dan perimbangan umat Islam terhadap dominasi paham skulerisasi di tubuh pemerintahan. 3) Terpilihnya Anis Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, dan terpilihnya Ulama senior Ma�ruf Amin sebagai Wakil Presiden Joko Widodo adalah  hasil proyeksi dari dampak gerakan 212 terhadap sistem politik di Indonesia. 

Saran
Penulisan ini agar bernilai maka penulis menyimpulkan beberapa saran di antaranya sebgai berikut; 1) Agar pembahasan mengenai sistem politik di Indonesia harus di tinjau kembali berdasarkan standar demokrasi Pancasila. 2) Membangun kesadaran kolektif kepada masyarakat dan pemerintahan tentang demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, haruslah menjadi acuan penting dalam kehidupan masyarakat maupun bernegara untuk menjalankan arah dan laju system politik Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Assyari, �Membaca Komunikasi Politik Gerakan Aksi Belah Islam 212: Antara Politik Identitas Atau Dan Ijtihad Politik Alternatif�, Jurnal An-nida 41 No, 2, 2017
Ahmad Chairis Zubair dan Anton Bakker, Metode penelitian filsafat, Jogjakarta: Kanisius, 1990
Anggara Vanny, Aksi Bela Islam dan Rehuni 212 dalam Tinjauan Politik identitas, Artikel Online Pojok Wacana (https://www.google.com/amp/www.pojokwacana.com/aksi-bela-Islam-dan -rehuni-212-dalam- tinjauan-politik-identitas/amp/ , 21 juni 2020)
Anggara Vanny, Aksi Bela Islam dan Rehuni 212 dalam Tinjauan Politik identitas, Artikel Online Pojok Wacana (https://www.google.com/amp/www.pojokwacana.com/aksi-bela-Islam-dan -rehuni-212-dalam- tinjauan-politik-identitas/amp/ , 21 juni 2020)
BHP UMY: Kebangkitan Dunia Islam  Ditandai Dengan Bermunculnya Kembali Para Pengusaha Muslim� (Liputan) Berita Terkini UMY, 7 Desember 2013. (https://www.umy.ac.id/kebangkitan-dunia-Islam-ditandai-dengan-bermunculan-kembali-para-pengusaha-muslim.html,  23 Juni 2020)
Gafar Afan, Reformasi Politik: Menuju Kehidupan Politik Lebih Demokratis, Yogyakarta: Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan, 1998
Hunter Shireen T, Politik Kebangkitan Islam Keragaman dan Kesatuan, Yogyakarta: Tiara Wacana , 2001 
Mubarok Machmud, Sejarah 212, Jabar.Tribunnews.com, 3 Desember 2016
Rahmawati Anisa, �Aksi 212, Gerak Politik atau Moral� (Makalah yang di ajukan pada Fermasi reguler sore  di Univversitas Katolik Widya Mandala Madium, 2020
Robert Hafner, W. Civil Islam: Islam dan Demokrasi di Indonesia, Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 2001
Sholikin Ahmad, �Gerakan Politik Islam di Indonesia Pasca Aksi Bela Islam Jilid I, II, III�,Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan 10, no. 1,  2018
Sumber berita Detiknews Online di laman https://news.detik.com/berita/3496185/ahok-divonis-2-tahun-penjara.9 Mei 2017.
Winters Jeffrey A., Ketidak pastian di Indonesia Pasca Era Soeharto, dalam Jeffrey A. Winters, Dosa-Dosa Politik Orde Baru, Jakarta: Djambatan, 1999
Zakaria Freed, Aksi Bela Islam dan Dampaknya Bagi Politik dan Keamanan Indonesia, artikel online Mata-Mata Politik Barita Politik (https://www.matamatapolitik.com : 24 April 2019)